Halaman

Senin, 03 Juni 2013

masalah dengan penanganan 5 pendekatan

1.      PENDEKATAN PSIKOANALISIS
Pada suatu ketika, Wagiman berjalan-jalan disekitar lingkungan sekolah. Tiba-tiba, ia melihat pacarnya sedang berduaan dengan lelaki lain. Melihat kejadian itu, ia langsung murka. Tidak sengaja, ia melihat sebuah botol didekat kakinya. Dengan refleknya, ia menyambar botol dan langsung dilempar kearah lelaki yang sedang berduaan dengan pacarnya. Lemparan yang tiba-tiba itu membuat lelaki tersebut jatuh tak sadarkan diri. Setelah kejadian itu, diketahui bahwa Wagiman sering sekali melempar benda-benda disekitarnya saat merasa marah. Selain itu, tidak hanya saat marah, Wagiman juga seperti itu saat ia melihat orang-orang asing. Ia selalu mudah curiga terhadap orang-orang tak dikenal yang berlalu lalang didepan kosnya. Tidak segan ia melempar orang yang dianggap berbahaya tanpa melihat terlebih dahulu.
Sejak kecil, Wagiman sering kali mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan oleh teman-temannya. Teman-temannya sering mengejek dengan sangat menyakitkan karena kebetulan Wagiman berasal dari keluarga yang pas-pasan. Awalnya Wagiman bisa bersabar. Ia tetap bisa berkepala dingin saat menghadapi teman-temannya. Namun akhirnya, ejekan yang bertubi-tubi itu bisa membuat Wagiman lepas kendali. Ia memukuli orang yang mengejeknya hingga tak sadarkan diri. Setelah kejadian itu, tidak ada lagi orang-orang yang berani mengganggunya.
Wagiman juga pernah mengalami kejadian yang tak mengenakkan lainnya. Suatu hari, ada dua orang lelaki yang sedang jongkok disamping rumahnya. Kehadiran mereka tidak diperdulikan oleh Wagiman. Keesokan harinya, dua orang lelaki tersebut kembali terlihat sedang mondar-mandir didekat rumahnya. Pada hari berikutnya saat pulang sekolah, ia sangat terkejut. Sesampai dirumah, ia melihat ibunya terkulai bersimbah darah. Ternyata dirumahnya telah terjadi perampokan. Setelah kejadian itu, ia mudah sekali curiga pada orang asing yang sering berlalu lalang didekat tempat tinggalnya.
Asumsi perilaku bermasalah
1.      Dinamika yang tidak efektif antar id, ego dan super ego
2.      Adanya Kecemasan
3.      Proses belajar yang tidak benar pada masa lampau.

Analisis Kasus
1.      Setiap tahap perkembangan individu rawan terhadap suasana frustasi, konflik dan rasa tertekan.
2.      Mekanisme pertahanan diri : menggunakan ego untuk menghadapi masalah sehingga berperilaku tidak disadari.
3.      Perilaku yang ditampilkan disebabkan oleh kekacauan dalam berfungsinya totalitas individu:
a.       Dinamika yang tak efektif antara  id ego dan super ego
b.      Proses belajar yang didapat tidak benar pada masa lampau
4.      Neurosis: yaitu mengacu pada kekacauan pribadi ringan yang disebabkan oleh konflik antara dua drive dan disertai pula dengan perilaku yang tidak rasional. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada perkembangan awal, bagaimana individu mengaktualisasikan mekanisme pertahanan dirinya untuk mengatasi ketegangan dirinya. Keadaan neurosis sangat menguras energy sehingga individu tidak mampu lagi menghadapi kenyataan

Tujuan
1.      Membuat hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari.
2.      Merekontruksi kepribadian dasar.
3.  Menghidupkan kembali pengalaman pengalaman masa kanak-kanak dini dengan menembus konflik-konflik yang direpresi.
4.      Membawa kepada kesadaran menekan dorongan dorongan ketidak sadaran yang mengakibatkan kecemasan
5.      Kesadaran intelektual
6.      Memberikan kesempatan pada individu menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya
Peran Konselor
1.      Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, Ketulusan diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam mengatasi kecemasan melalui cara-cara yang realistis.
2.      Konselor membangun hubungan kerjasama dengan klien dan kemudian melakukan
3.      serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan.
4.      Konselor memberikan perhatian kepada resistensi klien.
5.      Fungsinya adalah mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran

Tehnik 
1.      Membangun suasana bebas tekanan. Dalam suasana ini konseli menelusuri apa yang tepat dan tidak tepat pada dirinya/tingkah lakunya dan mengarahkan diri untuk merekonstruksi perilaku yang baru
2.      Tehnik dasar:
a.       Asosiasi Bebas: memberikan kesempatan seluas luasnya kepada konseli untuk menemukan/mengungkapkan apa yang terasa, terpikirkan, teringatkan dan ada pada dirinya.
b.      Transferensi: mengarahkan perasaan perasaanya yang tertekan kepada konselor dengan mengandaikan konselor adalah subjek yang menyebabkan perasaanya tertekan.
c.       Interpretatasi: membawa konseli memahami dan menghadapi dunia nyata, melalui pemikiran yang obyektif untuk memperkuat fungsi ego.

2.      PENDEKATAN BEHAVIOR
A.    Deskripsi Kasus
Konseli adalah salah seorang siswa SMP kelas VIII. SMP sekolahnya tahun ajaran ini mengadakan pemilihan ketua OSIS. Disekolahnya konseli merupakan siswa yang pandai, kreatif dan tekun dan disukai dalam pergaulan oleh temanya. Dalam kesempatan ini teman temanya mencalonkan konseli sebagai ketua OSIS, batinya konseli juga berkeinginan untuk mencalonkan diri sebagai ketua OSIS.  Akan tetapi konseli menolak dukungan teman temanya karena ia merasa minder, tidak pantas , tidak cocok seandainya ia menjadi ketua OSIS.
Ketakutan ini muncul karena baginya menjadi ketua OSIS berarti  ia akan banyak berbicara didepan orang orang. Hal inilah yang menyebabkan konseli mengurungkan niatnya. Ketakutanya muncul ketika ia harus berbicara dihadapan orang banyak karena ia pernah mempunyai pengalaman yag tidak menyenangkan pada masa lalu. Pada kelas IV sd ia terpeleset ketika berjalan diatas panggung dalam pentas drama disekolah. Teman temanya menertawakan dan bersorak sorak mengejeknya. Ketika kela V sd ia mewakili sekolah dalam lomba menyanyi, ia salah dalam pengucapan  syair lagu sehingga para peserta tertawa, bahkan guru pendampingpun ikut tertawa,…
Akhir akhir ini ia merasa gelisah, takut selalu berdebar debar karena kondisi ini ia pun dating ke konselor.

B.     Penanganan
1.      Tahap awal.
Terlebih dahulu dilakukan pembinaan hubungan yang hangat dengan konseli (rapport). ”menyambut kedatangan konseli, memberikan penjelasan tentang peran konselor terhadap konseli untuk menumbuhkan kepercayaan konseli, membicarakan tentang tujuan konseling, setelah konseli memahami tujuan konseling konselor mengajak konseli untuk mengeksplorasi masalahnya” .
Pada tahap ini raport sudah terbina hubungan yang baik dengan konseli, pelaksanaan, kontrak waktu  dan kesepakatan akan tujuan konseling yang ingin dicapai dalam proses konseling berjalan dengan lancar. Sedang untuk tahap identifikasi kasus yaitu konselor mengetahui masalah yang dialami konseli secara umum dapat digali pada tahap berikutnya.
2.      Tahap Assesment.
Konselor mengajak konseli untuk mengungkapkan apa yang menjadi kebingungan, kesulitan, atau masalah yang dialaminya.
Konseli adalah anak yang berwibawa dikalangan teman teman di sekolahnya, ia kreatif, pandai dan tekun itulah alasan teman nya untuk mencalonkanya sebagai ketua OSIS. Konseli merasa takut dan gelisah, ia ingin menolak pencalonan itu karena ia merasa dirinya tidak pantas dan tidak cocok, tetapi ia juga tidak berani menerima reaksi dari temanya yang antusias mencalonkan dirinya.
Konselor menggali informasi lebih dalam lagi, data yang digali terkait dengan kejadian masa sekarang , pengalaman pengalaman negatif yang pernah dialaminya pada masa lalu, perasaan perasaan sekarang, perasaan perasaan yang tidak menyenagkan pada maasa lalu, apa yang dipikirkan pada saat sekarang, apa yang dipikirkan pada masa lalu ketika mengalami kejadian yang tidak menyenangkan dengan analisis A (antacedent) ® B (behavior) ® C (consequence) :
a.       Pengalaman saat ini
Antaseden (A) dicalonkan sebagai ketua OSIS oleh teman temanya.
Behavior (B)
datang untuk meminta bantuan konselor.
Respon kognitif  ” menganggap diri tidak pantas, tidak cocok untuk ketua OSIS”
Respon afektif ” gelisah, takut dan kaget untuk mengemban tugas sebagai ketua OSIS
Conseuensi (C) merasa lega setelah bertemu konselor dan mendapat jalan keluar untuk masalah yang dihadapinya.
                       
b.      Pengalaman masa lalu
Antaseden (A) terpeleset saat berjalan diatas panggung pada acara drama sekolah, temanya menertawakan dan mengejeknya.
Behavior (B)
Lari pulang dan menangis
Respon kognitif  ” menganggap diri bodoh, dan dipermalukan teman temanya”
Respon afektif ” jantung berdebar dan malu
Consequen (C) cepat pulang kerumah agar lebih tenang dan aman karena menjauhi panggung.

c.       Pengalaman masa lalu
Antaseden (A) mewakili sekolah dalam lomba nyanyi, ia salah mengucapkan syair, sehingga para peserta tertawa dan guru pendamping pun ikut tertawa..
Behavior (B)
tetap melanjutkan lagunya walau pikiran berkecamuk, badan keringat dingin
Respon kognitif  ” guruku dan peserta lomba jahat, cukup kali ini mewakili sekolah”
Respon afektif ” malu, grogi dan kecewa
Consequen (C) ingin cepat selesai dan turun dari panggung..
Dari tahap assesment dapat disimpulkan untuk mengetahui faktor dan akibat dari keresahan, kebingungan masalah yang dialaminya.

3.      Goal  Setting
Untuk membentuk perilaku yang diharapkan (target behavior), konselor dan klien bersama-sama menentukan arah tujuan konseling. Konselor menjelaskan sumber masalah yang dialami konseli, bahwa pengalaman masa lalunya mempengaruhi proses belajar sekarang.
Konselor mengajak konseli untuk berperilaku baru yang lebih realistic dengan menggali pengalaman pengalaman yang positif dimasa lalu, pengalaman positif inilah yang dijadikan patokan konseli untuk memiliki kognisi yang baru dan merencanakan tindakan konkret yang lebih baik.

4.      Tahap Implementasi Teknik.
Tehnik yang digunakan adalah Aversion Therapy tehnik ini bertujuan untuk menghukum perilaku negative dan memperkuat perilaku positif yaitu :
Proses belajar yang telah berlangsung dimasa lalu konselor menjelaskan pada konseli bahwa perasaan takut, gelisah, kaget, merasa diri tidak cocok/pantas menjadi ketua osis merupakan akibat pengalaman traumatis yang terjadi masa lalu yaitu ketika beberapa kali dipermalukan didepan umum. Peristiwa tersebut membuat perasaanya selalu takut, cemas dan merasa tidak mampu.
Pengalaman positif masa lalu yaitu
1.      ketika konseli ikut lomba nyanyi juara I banyak orang tua temannya, guru yang memberikan pujian
2.      pernah menyanyi di acara ulang tahun temanya, teman temanya bertepuk tangan dan terkagum kagum dengan suaranya yang merdu.
Konselor mengajak melihat kembali pengalaman positif yang dialaminya pada masa lalu tersebut dan melanjutkan member pemahaman baru bahwa :
1.      menjadi pemimpin tidak selalu tampil didepan umum
2.      tidak semua guru dan temanya jahat
3.      setiap orang berkemampuan menjadi pemimpin
4.      setiap pemimpin tidak luput dari kesalahan


5.      Evaluasi.
Pada tahap ini konselor menanyakan perkembangan konseli dalam melaksanakan rencana tindakan yaitu
1.      Konseli tetap menerima pencalonan dirinya sebagai ketua osis.
2.      Konseli meyakinkan diri bahwa dirinya bisa menjadi seorang pemimpin
3.      Dan konseli siap menerima apabila terpilih menjadi ketua osis.
Kesimpulan dari tahap evaluasi adalah mengevaluasi pelaksanaan dari kontrak perilaku yang telah disepakati.  Konselor memberikan dorongan kepada konseli agar tetap konsisten melakukan rencana tindakannya.
6.      Follow Up.
Setelah proses konseling, konseli telah menemukan jalan keluar permasalahananya, dengan demikian dapat ditutup proses konseling dengan catatan catatan;
1.      Meringkas pembeicaraan dari awal
2.      Meminta konseli untuk menegaskan keputusanya
3.      Memberikan dorongan semangat pada konseli.
4.      Konselor menawarkan bantuan jika kelak timbul permasalahan baru.
Meskipun konseling telah berakhir, konselor masih memantau perkembangan yang terjadi pada konseli untuk menindak lanjuti keberhasilan konseli dalam menjalankan alaternatif putusan yang disepakatinya.

3.      PENDEKATAN EKSISTENSIAL HUMANISTIK
A.    Deskripsi Masalah
Kurang percaya diri
Konseli adalah siswa kelas III SMP, prestasi belajarnya termasauk rata rata secara keseluruhan kondisi fisik cukup proporsional, tidak memiliki cacat, hanya warna kulit yang hitam. Karena keadaan warna kulit yang hitam inilah konseli sering diejek teman temanya dengan julukan lutung. Sebenarnya ia merasa tidak nyaman dengan sebutan ini tetapi ia tidak memiliki kesanggupan untuk melawan ejekan temanya itu.  Dia hanya bias menekan perasaan dan kekecewaan yang berujung pada kerontokan rasa percaya diri dan harga diri, akibatnya dikelas cenderung menjadi pendiam. Dia sering ragu ragu dalam bertindak dan cenderung menarik diri dari pergaulan.
Saat ini ia tinggal bersama kedua orang tuanya dan adik yang masih kecil duduk di bangku SD, orang tuanya adalah petani dengan kondisi ekonomi yang sederhana.

B.     Penanganan
a.       Tahap awal
Konselor membangun hubungan hangat, menyembut kedatangan konseli dan berbincang bincang dengan konseli yang tanpa disadarinya konselor mengeksplorasi masalahnya tanpa diminta.
b.      Diagnosis
Pada tahap ini konslor mendiagnosis masalah yang dihadapi oleh konseli, ia merasa warna kulitnya terlalu gelap beda dengan teman temannya. Dari hasil diagnosis menjelaskan bahwa konseli kurang percaya diri sehingga ia tidak nyaman dengan keadaanya, ia merasa kecewa dan menjadi pendiam dan menarik diri dari pergaulanya.
c.       Tahap konseling
Konselor memberikan arahan bahwa apa yang dipikirkanya tentang warna kulit dan ketidak percayaan dirinya. Konselor konfrontasi kepada konseli bahwa segala perasaan negative yang dirasakanya tentang warna kulit dan ejekan lutung itu tidak benar sampai konseli mulai sadar dan merubah pandanganya terhadap masalahnya. Konselor juga memberikan motivasi bahwa konseli dapat memaksimalkan potensi lain seperti kondisi fisik yang bagus. Dan inilah kenyataan yang harus konseli hadapi, oleh konselor apakah hanya dengan warna kulit yang hitam kamu merelakan hari harimu dirundung ketidak percayaan diri dan menenggelamkan kecerian dirimu.
Setelah beberapa kali pertemuan, konseli menghadap konselor hanya untuk menyampaikan rasa terima kasih bahwa ia saat ini merasa lebih baik dan lebi percaya diri dihadapan teman temanya.

4.      PENDEKATAN REALITA
A.    Deskripsi Masalah
Bingung menentukan pilihan pacar/jodoh
Konseli adalah seorang siswi kelas XII SMA, ia adalah anak semata wayang berasal dari keluarga menengah, ayahnya bekerja sebagai pedagang sayur. Akhir akhir ini konsentrasi belajarnya agak terganggu. Sudah berapa kali nilai ulangannya turun. Hal ini membuatnya cemas kalau kalau nilai raportnya jelek apalagi kalau nantu tidak lulus Ujian Nasional (UN)
Prestasinya menurun akibat oleh perasaanya bingung dan tertekan atas desakan orang tuanya yang menjodohkanya dengan Alek. Alek adalah anak orang kaya teman orang tuanya, alek belum bekerja dan ia anak manja. Desakan orang tua muncul karena mereka harus memberikan jawaban kepada orang tua alek. Konseli sendiri menganggap alek hanya teman biasa karena hubungan kedua orang tua mereka akrab. Konseli sendiri telah mempunyai pacar pilihanya sendiri bernama Yudi yang masih kuliah, sementara itu tanggapan orang tuanya terhadap yudi biasa biasa saja. Dalam pikiran konseli yudi adalah pilihan yang tepat baginya dan konseli mantap dengan yudi karena yudi tife pria yang kreatif, mandiri dan supel.
Orang tuanya lebih mendukung hubungan dengan alek, konseli merasa orang tuanya memaksakan kehendak sehingga menyakiti hatinya dan ia berpikir orang tuanya gila harta… karena kebingungan itu konseli menemui konselor sekolah.
B.     Penanganan
1.      Tahap Awal
Konselor membangun hubungan yang hangat, menyambut kedatangan konseli, berbincang seputar masalah konseli namun sebelumnya mengenalkan peran konselor dalam proses konseling ini. Yang akhirnya konselor mempersilahkan konseli untuk mengungkapkan kegelisahan yang dirasakanya.
2.      Identifikasi Perilaku
Konselor mengajak konseli untuk mengungkapkan  apa yang menjadi kebingunganya, kesulitan yang dihadapinya. Dan didapatlah bahwa konsentrasi belajarnya terganggu, nilai raport menurun, nilai ujian juga anjlok ia takut tidak lulus UN
Konselor menggali informasi lebih dalam dari konseli terkait masalah yang dihadapinya tentang hal hal penting yang mencetus konflik perasaan dan pikiran konseli, orang orang yang terlibat munculnya konflik tersebut ternyata yang membuatnya merasa bingung adalah “desakan orang tuanya yang menjodohkan nya dengan alek, orang tuanya harus memberikan jawaban pada orang tua alek sementara lia tidak mencintai alek, ia hanya menganggap alek sebagai sahabat. Konseli telah mempunyai pacar yaitu yudi. Orang tua konseli lebih menyetujui hubungannya dengan alek karena alek anak orang kaya.
3.      Menilai tingkah laku
Dalam pikiran dan perasaan konseli bahwa orang tuanya gila harta, konseli terganggu dengan situasi ini sehingga nilainya menurun, sedang yudi adalah pilihan tepat menurutnya. Perasaanya di rundung kecemasan, takut dan sakit hati. Setelah meng identifikasi perilaku konseli, konselor memahamkan pada konseli bahwa perilakunya itu tidak efektif.
4.      Tahap pengembangan dan perencanaan tingkah laku
Konselor menjelaskan sumber masalah yang dialami konseli. Konselor mengajak membuat rencana perilaku yang realistic yang kiranya menjadi landasan dalam berperilaku yang lebih baik dan efektif dalam hidupnya
5.      Tahap komitmen
Konselor mengajak konseli untuk membuat perbandingan dengan melihat keuntungan dan kerugian dengan beberapa pilihan yang menjadi kesulitan nya. Pada tahap ini konseli membuat kesepakatan dengan konselor akan berkomitmen untuk melakukan rencana yang telah dibuatnya. Konselor mengarahkan konseli agar bisa membuat keputusan terhadap pilihanya degan pertanyaan
a.       Mungkinkah kamu memilih alek?
b.      Mungkinkah kamu memilih yudi/
c.       Inginkah kamu memilih alek?
d.      Inginkah kamu memilih yudi?
6.      Tahap evaluasi
Pada tahap ini konselor mengevaluasi proses konseling dimana konseli telah memutuskan bahwa konseli akan mengatakan kepada orang tuanya bahwa ia akan tetap memilih yudi dan menenggung segala resikonya
7.      Rencana layanan lanjutan
Setelah menemukan jalan keluar masalah yang dihadapi konseli konselor menutup proses konseling dengan rencangan rancangan
a.       Konseli diminta menegaskan keputusan yang telah diambilnya
b.      Konsselor member semangat pada konseli
c.       Konselor menawarkan bantua apabila kelak timbul permasalahan baru
8.      Evaluasi tindak lanjut
Konselor masih memantau perkembangan yang sudah menjadi pada diri konseli. Hal yang dilakukan adalah mengevaluasi dalam melaksanakan  putusanya
a.       Mengamati perilaku konseli
b.      Memantau perkembangan prestasinya
c.       Bertemu dengan orang tua konseli

5.      PENDEKATAN TRAIT and FACTOR

A.    Deskripsi Kasus
Bingung memilih jenjang pendidikan di perguruan tinggi, (diploma III atai strata I.
Konseli adalah seorang siswa kelas XII di salah satu SMA, ia anak rajin dan pandai. Dalam pembagian raport selalu mendapatkan rangking satu, hari ini dikelas XII mengadakan tes minat dan jurusan untuk masuk ke perguruan tinggi. Dari hasil tes konseli disarankan untuk masuk jurusan elektronik selain itu dia dianjurkan untuk melanjutkan ke jenjang s1. Hal ini sesuai dengan cita citanya pada smp yaitu menjadi sarjana yang ahli dalm bidang elektronik. Untuk itu ia merasa sangat mantap dengan jurusan yang disarankan oleh hasil tes minat dan bakat, akan tetapi, akhir akhir ini heri menjadi resah, cemas, bingung ia tidak konsentrasi dalam belajar dan sering merenung dikelas. Kemudian ia menghadap konselor sekolah untuk membicarakan masalahnya.
Hal yang dihadapinya adalah bingung karena harapanya menjadi sarjana elektronik bertentangan dengan orang tuanya, orang tuanya menyarankan untuk melanjutkan ke DIII saja sehingga ia cepat lulus dan cepat mendapatkan pekerjaan, mengingat factor keuangan orang tuanya yang hanya bekerja sebagai sopir sedangkan ia masih mempunyai adik yang membutuhkan biaya, hal ini juga orang tuanya menuntutnya agar bias membantu membiayai studi adiknya.

B.     Penanganannya
1.      Tahap Awal pembinaan hubungan baik (rapport).
Konselor menerapkan sikap penerimaan, suasana hangat, ramah, akrab dan penuh toleran. Hal ini diciptakan agar untuk membangun kepercayaan dan rasa nyaman konseli terhadap konselor
Konselor memulai perbincangan dan mempersilakan konseli untuk mengungkapkan masalahnya, apa yang membuatnya bingung tentang kesulitan yang dihadapinya yang  akhir akhir ini konseli tampak terlihat bingung, tidak konsentrasi dalam belajar dan suka merenung dikelas. Perasaanya cemas dan resah.
2.      Tahap Konseling
a.       Analisis
Data diri
Cita cita           : Ahli elektro
Bakat Khusus  : elektronik, mesin
Sifat positif     : teliti, tekun tak mudah menyerah
Harapan pribadi          : menjadi sarjana elektronik
Pend. Lanjutan            : S1 Perguruan tinggi negeri/swasta
Data orang tua
Harapan ortu   : cepat bekerja , membantu membiayai adiknya
Pekerjaan ortu : sopir bis
Juml saudara   : tiga
PT saran ortu   : diploma di pt negeri
b.      Sintesis
Penggalian data terkait dengan asal usul masalah tentang data pribadi dan  orang tua.
c.       Diagnosis dan prognosis
Ada pertentangan dengan cita citanya yaitu ia ingin kuliah s1 elektro sementara oran tua mengharapkan ia kuliah d3 saja
d.      Treatment/Konseling
Konselor menjelaskan sumber masalah yang dialami, konselor mengajak untuk membuat perbandingan dengan melihat keuntungan dan kerugian beberapa pilihan dan kesulitanya, konselor memberikan pertanyaan pertanyaan semisal, mungkinkah, inginkah dan bisakah. Yang akhirnya konseli bisa memutuskan pilihanya contoh:
1.      keuntungan dan kerugian kuliah s1
keuntungan
a.       mendapat gelar sarjana sesuai cita cita
b.      jenjang karir lebih baik
kerugianya
a.       tidak ada dukungan orang tua
b.      waktu studi lama
c.       biaya akan lebih besar
2.      keuntungan dan kerugian kuliah d3
keuntungan
a.       waktu kuliah singkat
b.      sesuai keinginan orang tua
kerugianya
a.       tidak sesuai dengan cita cita
b.      tidak menjadi sarjana
3.      pertanyaan alternatif
a.       mungkinkah ?
b.      inginkah ?
c.       bisakah ?
4.      membuat pilihan
a.       mantap dengan pilihan tetap kuliah s1
b.      membicarakan dengan orang tua
c.       mencari beasiswa sambil bekerja
e.       Follow Up
Setelah proses konseling akhirnya dapat ditemukan jalan keluar permasalahannya. Dan konselor dapat menutup proses konseling yang sebelumnya meringkas kembali pembicaraan antara konselor dan konseli. Konselor menegaskan kembali tentang keputusanya. Konselor menawarkan bantuan apabila kelak timbul masalah baru.

3.      Evaluasi
Walaupun permaslahan ini dianggap sudah selesai namun konselor masih mengamati perilaku konseli disekolah. Dan tetap membina hubungan dengan orang tua konseli tentang perkembangan konseli dan member pujian kepada perilaku konseli yang mulai membaik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar