MEMAHAMI ESENSI KONSELING
Manusia diberi kehidupan yang sebenarnya adalah rahmat namun kadang
dirasakan hidup bagaikan merupakan persoalan yang tak pernah putus dan berhenti
kecuali manusia itu berhenti bernapas, dan ironisnya bahwa pada saat manusia
itu meninggal seolah masih meninggalkan dan menimbulkan persoalan bagi yang
ditinggalkannya.
Persoalan yang dihadapi manusia dari waktu kewaktu, makin lama makin
rumit dan kompleks, baik persoalan yang berhubungan dengan pribadi, keluarga,
pekerjaan dan masalah kehidupan secara umum. Kompleksitas masalah tersebut
kadang dapat mengarahkan sebagaian dari kita mengalami konflik-konflik dan
hambatan dalam memenuhi apa yang kita dambakan. Bahkan ada yang menimbulkan
tekanan yang kadang sangat mengganggu yang menuntut adanya bantuan dari orang
lain untuk dapat memecahkan persoalan-persoalan itu.
Konseling merupakan salah satu upaya untuk membantu mengatasi
persoalan-opersoalan tersebut sekaligus juga sebagai usaha meningkatkan
kesehatan mental.
Kemajuan konseling sejalan dengan kehidupan masyarakat, konseling yang
mulanya hanya satu jenis kini mulai terbagi menjadi bagian-bagian yang amat
spesifik, misalnya konseling sebagai hubungan pemberian bantuan yang
profesional.
Sebagai pekerjaan yang profesional, konseling tentu memiliki fungsi dan
cara kerja yang khas sesuai dengan bidang keilmuannya. Saat ini konseling
merupakan pekerjaan yang sama pentingnya dengan pekerjaan profesional lainya
seperti : kedokteran, kerja sosial, kebidanan dan pendidikan.
KONSEP DASAR KONSELING
Seperti telah
dikemukakan dalam berbagai perpustakaan, konseling merupakan bagian dari
bimbingan, baik sebagai pelayanan maupun sebagai tehnik. Konseling merupakan
inti kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah
individu secara pribadi (mortensen, 1964) sedang konseling merupakan inti dan
alat yang paling penting dalam keseluruhan sistem bimbingan (Ruth strang,
1958).
Mortensen mendefenisikan konseling sebagai suatu proses
antar pribadi, dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk
meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya.
Jones (1970) menyebutkan bahwa konseling suatu hubungan
profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Selanjutnya
dikatakan bahwa hubungan ini biasanya bersifat individual atau orang
perseorang, meskipun kadang melibatkan lebih dari dua orang, dan dirancang
untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup
hidupnya sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.
Brammer dan Shostrom (1982) menekankan konseling sebagai
suatui perancangan yang lebih rasional, pemecahan, pembuatan keputusan
intensionalitas, pencegahan terhadap munculnya masalah penyesuaian diri, dan
memberi dukungan dalam menghadapi tekanan-tekanan situasional dalam kehidupan
sehari-hari bagi orang-orang normal.
William Ratigan (1967) ia mendeskripsikan pengertian
konseling khususnya konseling pendidikan sebagai berikut :
1.
Konseling adalah usaha untuk membantu seseorang
menolong dirinya sendiri.
2.
Konselor sekolah membantu anak-anak bersama bersama
masalah-masalah mereka, dengan menemukan tempat mereka dalam hidup, dan dengan
pemahaman yang lebih baik terhadap diri mereka sendiri.
3.
Konselor melihat kegiatan belajar siswa berjalan
sejajar dengan kecakapan minatnya. Ia seyogianya mendorong siswa untuk dapat
belajar secara realistik sesuai dengan dirinya.
4.
Konseling membantu anak-anak membuat keputusan sendiri
dan memilih jalurnya sendiri sehingga mereka menemukan kepuasaan dan kesenangan
dalam kehidupan kerja mereka.
5.
Konseling mengakui kebebasan individual untuk membuat
keputusan sendiri dan mengarahkannya. Konseling juga mengakui adanya hambatan
pada individu tertentu dan situasi tertentu, dan konseling hendaknya terampil
dalam membantu membawa pada jalur yang tepat.
6.
Konseling memberi informasi kepada seseorang tentang
dirinya, potensinya, dan kemungkinan-kemungkinan yang memadai bagi potensinya,
dan bagaimana memanfaatkannya pengetahuan tersebut dengan sebaik-baiknya.
7.
Konseling hendaknya melihat pada masa kini dan
membuatnya menjadi orang yang lebih baik dalam jangka panjang pada saat ia
telah tertinggal sendiri untuk membuat pilihan bagi dirinya sendiri. Dengan
kata lain konseling adalah membimbing anak muda (juga yang lebih tua) untuk
memperoleh jalan hidup yang lebih baik dengan berdasar pengalaman masa lalu.
8.
Konselor sekolah membantu siswa membuat pilihan,
mendiskusikan hasil yang mungkin dari pembuatan setiap keputusan, dan mengajar
untuk menerima tanggung jawab terhadap pilihan yang telah dibuatnya.
9.
Konseling adalah suatu pengembangan emosional kedalam
kulit orang lain.
10. Tujuan
konseling adalah pemahaman diri dan pengarahan diri
11. Konseling
bukan percakapan, akan tetapi sebagai suatu komunikasi yang intim, respirasi
percakapan, dan sebagai suatu kontak.
12. Konseling
adalah meletakan suatu pasak persegi dalam libang persegi, dan pasak bulat
dalam lubang bulat.
13. Konseling
memberi kesempatan pada orang lain untuk menyatakan apa yang ia inginkan,
membiarkan ia melegakan hatinya dalam kata-kata yang dapat mengurangi ketegangan
emosional.
14. Konseling
membiarkan siswa mengetahui bahwa ia berharga untuk dirinya sendiri, bahwa ia
mendapat perhatian dan kepedulian.
15. Konseling
adalah suatu telinga yang bersifat simpatik.
16. Konseling
membiarkan orang lain menceritakan dirinya keluar dan kemudian mengembalikan
pada dirinya, eling adalah persahabatan jangka pendek dengan tujuan yang
disadari, dan selama itu konselor dan konsele menunjukan pertambahan dalam
pertumbuhan intelektual, kematangan emosional dan tilikan spriritual.
17. Seorang
konselor adalah seseorang yang tidak pernah bermimpi memberikan nasihat secara
mutlak.
18. Konseling
sering dianalogikan sebagai suatu upaya menghadapi gunung es, sekitar tiga
perempat hambatan (masalah) ada pada bagian dalam. Konselor hendaknya menyadari
bahwa klien tidak menyadari semua itu.
Dalam konseling, hubungan atau pertalian antara konselor
dengan klien memegang peranan penting bagi keberhasilan konseling, hubungan
dalam konseling berbeda dengan hubungan dalam situasi lain. Dalam konseling
terjadi pertemuan antara konselor dan klien melalui serangkaian wawancara,
karakteristik hubungan konseling menurut Shortrom dan bremmer (1960) ditandani
dengan :
1.
Hubungan yang bersifat unik dan umum
Artinya hubungan antara konselor dan klien
dalam konseling mempunyai ciri khas yang membedakan dengan bentuk hubungan lain
keunikanya adalah terletak pada :
a.
Sikap dan perilaku konselor dan klien.
b.
Strukturnya yang terencana dan bersifat terapeutik
c.
Adanya penerimaan terhadap klien secara penuh oleh
konselor.
Sedangkan hal yang bersifat umum adalah terletak dalam
karakteristik hubungan yang juga terdapat dalam berbagai bentuk situasi
hubungan antar manusia seperti kesamaan, keakraban, struktur, interaksi dsb.
2.
Adanya keseimbangan obyektivitas dan subyektivitas
Dalam konseling interaksi antara konselor
dengan klien tidak sepenuhnya bersifat objektif, akan tetapi juga tidak
sepenuhnya subjektif. Hubungan dalam konseling terdapat keseimbangan antara
hal-hal yang bersifat objektif dan yang bersifat subjektif. Sedang
objektivitasnya hubungan ditandai dengan segi objektif. Sedang segi
subjektivitas hubungan ditandai dengan segi kehangatan dan perpaduan psikologis
antara konselor dan klien.
3.
Adanya keseimbangan unsur kognetif dan konatif
Dalam konseling, hubungan antara konselor
dan klien terdapat keseimbangan antara aspek kognetif dan konatif dan atau
afektif. Aspek kognetif menyangkut proses intelektual seperti pemindahan
informasi, pemberian nasehat, atau penafsiran. Sedang aspek konatif atau
afektif mengacu pada aspek ekspresi perasaan dan sikap.
4.
Adanya keseimbangan antara kesamar-samaraan dan
kejelasan
Dalam hubungan yang bersifat membantu,
terdapat keseimbangan antara rangsangan yang bersifat tersamar dan yang jelas.
Dalam situasi tertentu konselor memberikan rangsangan yang bersifat tersamar,
sedangkan dalam situasi lain konselor rangsangan yang jelas.
5.
Adanya keseimbangan tanggung jawab
Dalam hubungan konseling, tanggung jawab
tidsk seluruhnya ada pada konselor tetapi juga tidak seluruhnya ada pada
konseli. Yang terujud adalah keseimbangan tanggung jawab keduanya
PENGERTIAN KONSELING
Konseling biasa kita kenal dengan penyuluhan, yang secara awam sebagai
pemberian penerangan, informasi atau nasehat pada pihak lain. Tetapi disini
bukan pengertian seperti itu yang dimaksud.
Konseling sebagai terjemahan dari “counseling” merupakan dari biombingan,
baik sebagai layanan maupun sebagai tehnik “ layanan konseling adalah jantung
hati layanan bimbingan secara keseluruhan” dapat dikatakan pula dengan “
konseling merupakan inti alat yang paling penting dalam bimbingan”
Dalam hal ini konseling salah satu cabang ilmu dan praktik memberikan
bantuan pada individu yang pada dasarnya
memiliki pengertian yang spesifik sejalan dengan konsep yang dikembangkan dalam
lingkup ilmu dan profesinya.
Disiplin ilmu yang mempunyai kedekatan dengan konseling adalah psikologi,
bahkan secara kghusuis dapat dikatakan bahwa konseling merupakan aplikasi dari
psikologi, terutama dilihat dari segi tujuan, teori yang digunakan dan proses
penyelenggaraannya.
Untuk dapat mengerti lebih jauh tentang konseling ada baiknya kita
memahami pengertian-pengertian menurut ahli sebagai berikut :
Pietrofesa (1978) mengemukakan bahwa konseling adalah proses yang
melibatkan seseorang profesional
berusaha membantu orang lain dalam mencapai pemahaman dirinya (self
understanding), membuat keputusan dan pemecahan masalah.
Penyuluhan adalah hubungan timbal
balik antara konselor dengan konsele, dalam memecahkan masalah-masalah tertentu
dengan wawancara yang dilakukan secara face to face atau dengan cara-cara yang
sesuai dengan keadaan klien, sehingga klien sanggup mengemukakan isi hatinya
secara bebas, yang bertujuan agar klien dapat mengenal dirinya sendiri,
menerima dirinya dan mengeterapkan diri dalam proses penyesuaian dengan
lingkungannya membuat keputusan, pemilihan dan rancana yang bijaksana serta
dapat berkembang dan berperan secara optimal dalam lingkungannya.
Rochman Natawidjaya (1987) mendefenisikan Konseling merupakan satu jenis
layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling dapat diartikan
sebagai hubungan timbal balik antara dua individu, dimana yang seorang
(konselor) merusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian
tentang dirinya dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada
waktu yang akan datang.
Moh. Surya (1988) Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada
konseli supaya ia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk
dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan
datang. Dalam pembentukan konsep yang sewajarnya mengenai dirinya sendiri,
orang lain, pendapat orang lain tentang dirinya, tujuan-tujuan yang hendak
dicapai dan kepercayaan
Prayitni (1983) Konseling adalah pertemuan empat mata antara klien dan
konselor yang berisi usaha yang laras, unuk dan manusiawi, yang dilakukan dalam
suasana keahlian yang didasarkan norma-norma yang berlaku.
Kesimpulan dari uraian pengertian diaatas konseling merupakan suatu upaya
bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara konselor dengan
klien yang berisi usaha yang laras, unik, manusiawi, yang dilakukan dalam
suasana keahlian yang didasarkan norma-norma yang berlaku, agar klien
memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah
lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang.
HAL2 YANG DITEKANKAN
DALAM KONSELING
1.
Konseling sebagai proses
Konseling sebagai proses berarti, konseling tidak dapat dilakukan sesaat,
proses berarti ada waktu tertentu yang diperlukan dalam hubungan konseling dan
dalam penyelesaian yang dialami klien. Dalam beberapa hal konseling tidak hanya
dilakukan sekali pertemuan. Untuk membantu klien yang memiliki masalah cukup
berat dan komplek, konseling dapat dilakukan beberapa kali pertemuan secara
berkelanjutan.
2.
Konseling sebagai hubungan spesifik
Hubungan antara konselor dengan klien merupakan unsur penting dalam
konseling. Hubungan yang dibangun konselor selama proses konseling dapat
meningkatkan keberhasilan konseling dan dapat pula membuat konseling gagal.
Dalam kehidupan sebenarnya “hubungan” satu dengan yang lain itu selalu ada. Ada hubungan guru dengan
murid, hubungan dokter dengan pasien, hubungan orang tua dan anakny, dan dalam
konseling hubungan konselor dengan beberapa klien. Namun hubungan konseling
harus dibangun secara spesifik berbeda dengan pola hubungan sosial biasa,
karena konseling membutuhkan hubungan yang diantaranya perlu adanya
keterbukaan, pemahaman, penghargaan secara positif tanpa syarat dan empati.
3.
Konseling adalah membantu klien
Hubungan dalam konseling itu bersifat membantu (helping) hubungan
membantu beda dengan memberi (giving) atyau mengambil alih pekerjaan orang lain.
Membantu tetap memberi kepercayaan kepada klien untuk bertanggung jawab dan
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Hubungan konseling tidak bermaksud
mengalihkan pekerjaan klien pada konselor, tetapi memotivasi klien untuk lebih
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri menghadapi masalahnya.
4.
Konseling untuk mencapai tujuan
Konseling diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan penerimaan diri,
proses belajar dari perilaku tidak adaptif menjadi adaptifbelajar melakukan
pemahaman yang lebih luas tentang dirinya yang tidak hanya membuat know about
tetapi juga belajar how to sejalan dengan kualitas dan kapasitasnya. Tujuan
akhir konseling pada dasarnya sejalan dengan tujuan hidupnya( aktualisasi
didinya)
PERKEMBANGAN KONSELING DI INDONESIA
Perkembangan Konseling di Indonesia relatif baru, mula-mula lahirnya
Konseling dikembangkan disekolah-sekolah, utamanya di sekolah menengah. Karena
kemajuan masyarakat Indonesia
yang akhir-akhir ini mulai baik, akhirnya Konseling juga diterapkan di
pusat-pusat rehabilitasi social dan lembaga-lembaga social dan industri.
Pekerjaan di bidang Konseling ini di Indonesia mulai menunjukkan
perkembangannya, walaupun tidak dapat dibandingkan dengan negara2 maju. Dan
karena masih baru, pekerjaan ini masih belum banyak dirasakan kebutuhannya atau tidak menjadi
prioritas dalam menghadapi persoalan kehidupan social, walaupun sebenarnya
banyak orang yang memerlukan layanan
konseling.
Di negara2 maju, layanan konseling sudah mulai meluas, selain telah
menjadi bagian dalam penyelenggraraan sistem pendidikan (sekolah). Konseling
juga dilembagakan di berbagai Instansi, seperti perusahaan, instansi social,
rumah sakit dan lembaga koreksional. Jika apa yang terjadi di Amerika itu
merupakan gambaran kebutuhan layanan konseling di Indonesia yang akan dating,
maka nantinya layanan ini akan menjadi bagian yang cukup penting bagi upaya
peningkatan kesehatan masyarakat Indonesia yang akan dating.
Saat ini kemajuan dan kebutuhan akan layanan konseling telah ditopang
dengan banyaknya lembaga2 pendidikan yang mendidik tenaga2 konselor
professional. Dalam waktu yang relatife singkat dimungkinkan kesadaran
masyarakat terhadap perlunya layanan
konseling akan meningkat.
Seiring dengan kemajuan dalam pelayanan terhadap kebutuhan individu,
keluarga dan masyarakat di berbagai institusi, kini konseling telah dicoba
dikembangkan secara luas, baik melalui dunia pendidikan, riset, maupun praktek
dilapangan. Konseling kini mulai berkembang dimasyarakat selain konseling
pendidikan yang telah meluas diterapkan dilembaga2 pendidikan, juga berklembang
konseling jabatan (di industri), konseling untuk reproduksi, konseling bidang
kesehatan, konseling keluarga untuk kesiapan purna tugas dan sebagainya. Dengan
demikian konseling ini menjadi usaha pemecahan masalah yang mulai dirasakan
manfaatnya dan perkembangannya menunjukan tanggapan positif dari masyarakat.
ASUMSI DASAR KONSELING
- Dalam koseling klien tidak dianggap sebagai seorang yang sakit mental, tetapi dipandang memiliki kemampuan untuk memilih tujuan, membuat keputusan dan secara umum menerima tanggung jawab dari tingkah lakunya dan perkembangannya dikemudian hari
- Konseling berpokus pada saat ini dan masa depan, tidak berpokus pada pengalaman masa lalu.
- Klien adalah klien, bukan pasien. Konselor bukan pigur yang memiliki otoritas tetapi secara esensial sebagai guru dasn fatner klien sebagaimana mereka bergerak secara mutual adalam mendefenisikan tujuan.
- Konselor secara moral tidak netral, tetapi memiliki nilai perasaan yang standar untuk dirinya. Konselor tidak seharusnya menjauhkan nilai, perasaan dan standar itu dari klien, dia tidak mencoba menyembunyikan pada klien
- Konselor mempokuskan pada perubahan tingkah laku dan bukan membuat klien menjadi sadar.
TUJUAN KONSELING
Berangkat dari pandangan rogers
tentang kepribadian, ia menaruh perhatian pada keadaan psikologis yang sehat,
yang dapat menyesuaikan secara psikologis yang sehat, dari pandangan itu dapat
dikemukakan bahwa keadaan yang kongkruensi pada seseorang merupakan titik
perhatiaan dalam pendekatan konseling berpusat pada person ini. Artinya bahwa
proses konseling diharapkan dapat membantu
klien dalam menemukan konsep dirinya sesuai dengan medan fenomenalnya, dia tidak lagi menolak
atau mendistorsi pengalaman-pengalamanya sebagai mana adanya
Secara ideal tujuan konseling berpusat pada person tidak terbatas oleh
tercapainya oleh pribadi yang kongruensi saja. Bagi rogers tujuan konseling
pada dasarnya sama dengan tujuan kehidupan ini, yaitu yang disebut dengan fully
functioning person, yaitu pribadi yang berfungsi sepenuhnya. Roger beranggapan
bahwa fully functioning person kurang lebih memiliki kesamaan dengan self
actualization, meski memiliki sedikit perbedaan. Fully functioning person
merupakan hasil dari proses dan karena itu lebih bersifat becoming, sedangkan
aktualisasi ditri sebagaimana yang dikemukakan maaslow lebih merupakan keadaan
akhir dari kematangan mental dan emosional, karena itu merupakan self-being.
Sahakian (1976) merinci Fully functioning person secara mendetail sebagai
berikut :
1.
Dia akan terbuka terhadap pengalamanya dan keluar untuk
kebiasaan defensif.
2.
Karena itu seluruh pengalamanya akan dapat disadari
sebagai sebuah kenyataan.
3.
Seluruh yang disimbolisasi atau yang dinyatakan secara
verbal maupun dalam tindakan adalah
akurat yang sebenarnya sebagai mana pengalaman itu terjadi.
4.
Struktur selfnya akan konruensi dengan pengalamannya.
5.
Struktur selfnya akan mampu berubah secara flekssibel
sejalan dengan pengalaman baru.
6.
Pengalaman selpnya akan dijadikan sebagai pusat
evaluasi.
7.
Dia akan memiliki pengalaman self-regard.
8.
Dia akan berperilaku secara kreatif untuk beradaptasi
terhadap pristiwa-pristiwa yang baru.
9.
Dia akan menemukan nilai organismenya terpercaya
mangarah pada perilaku yang sangat memuaskan, karena :
- Seluruh pengalaman akan dapat disadari.
- Tidak ada pengalaman yang didistorsi atau ditolak dan
- Akibat perilakunya juga akan disadari.
10.
Dia akan dapat hidup dengan orang lain dalam keadaan
sangat memungkinkan untuk harmonis, sebab dia tetap menghargai secara positif
karakter timbal-balik.
Secara singkat tujuan konseling ini mencakup, terbuka
terhadap pengalaman, adanya kepercayaan terhadap organismenya sendiri,
kehidupan eksestensial yaitu sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan, perasaan
bebas dan kreatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar