Halaman

Senin, 03 Juni 2013

Memahami Esensi Konseling



MEMAHAMI ESENSI KONSELING
 
Manusia diberi kehidupan yang sebenarnya adalah rahmat namun kadang dirasakan hidup bagaikan merupakan persoalan yang tak pernah putus dan berhenti kecuali manusia itu berhenti bernapas, dan ironisnya bahwa pada saat manusia itu meninggal seolah masih meninggalkan dan menimbulkan persoalan bagi yang ditinggalkannya.
Persoalan yang dihadapi manusia dari waktu kewaktu, makin lama makin rumit dan kompleks, baik persoalan yang berhubungan dengan pribadi, keluarga, pekerjaan dan masalah kehidupan secara umum. Kompleksitas masalah tersebut kadang dapat mengarahkan sebagaian dari kita mengalami konflik-konflik dan hambatan dalam memenuhi apa yang kita dambakan. Bahkan ada yang menimbulkan tekanan yang kadang sangat mengganggu yang menuntut adanya bantuan dari orang lain untuk dapat memecahkan persoalan-persoalan itu.
Konseling merupakan salah satu upaya untuk membantu mengatasi persoalan-opersoalan tersebut sekaligus juga sebagai usaha meningkatkan kesehatan mental.
Kemajuan konseling sejalan dengan kehidupan masyarakat, konseling yang mulanya hanya satu jenis kini mulai terbagi menjadi bagian-bagian yang amat spesifik, misalnya konseling sebagai hubungan pemberian bantuan yang profesional.
Sebagai pekerjaan yang profesional, konseling tentu memiliki fungsi dan cara kerja yang khas sesuai dengan bidang keilmuannya. Saat ini konseling merupakan pekerjaan yang sama pentingnya dengan pekerjaan profesional lainya seperti : kedokteran, kerja sosial, kebidanan dan pendidikan.
KONSEP DASAR KONSELING

Seperti  telah dikemukakan dalam berbagai perpustakaan, konseling merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai pelayanan maupun sebagai tehnik. Konseling merupakan inti kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah individu secara pribadi (mortensen, 1964) sedang konseling merupakan inti dan alat yang paling penting dalam keseluruhan sistem bimbingan (Ruth strang, 1958).
Mortensen mendefenisikan konseling sebagai suatu proses antar pribadi, dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya.
Jones (1970) menyebutkan bahwa konseling suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Selanjutnya dikatakan bahwa hubungan ini biasanya bersifat individual atau orang perseorang, meskipun kadang melibatkan lebih dari dua orang, dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.
Brammer dan Shostrom (1982) menekankan konseling sebagai suatui perancangan yang lebih rasional, pemecahan, pembuatan keputusan intensionalitas, pencegahan terhadap munculnya masalah penyesuaian diri, dan memberi dukungan dalam menghadapi tekanan-tekanan situasional dalam kehidupan sehari-hari bagi orang-orang normal.
William Ratigan (1967) ia mendeskripsikan pengertian konseling khususnya konseling pendidikan sebagai berikut :
1.      Konseling adalah usaha untuk membantu seseorang menolong dirinya sendiri.
2.      Konselor sekolah membantu anak-anak bersama bersama masalah-masalah mereka, dengan menemukan tempat mereka dalam hidup, dan dengan pemahaman yang lebih baik terhadap diri mereka sendiri.
3.      Konselor melihat kegiatan belajar siswa berjalan sejajar dengan kecakapan minatnya. Ia seyogianya mendorong siswa untuk dapat belajar secara realistik sesuai dengan dirinya.
4.      Konseling membantu anak-anak membuat keputusan sendiri dan memilih jalurnya sendiri sehingga mereka menemukan kepuasaan dan kesenangan dalam kehidupan kerja mereka.
5.      Konseling mengakui kebebasan individual untuk membuat keputusan sendiri dan mengarahkannya. Konseling juga mengakui adanya hambatan pada individu tertentu dan situasi tertentu, dan konseling hendaknya terampil dalam membantu membawa pada jalur yang tepat.
6.      Konseling memberi informasi kepada seseorang tentang dirinya, potensinya, dan kemungkinan-kemungkinan yang memadai bagi potensinya, dan bagaimana memanfaatkannya pengetahuan tersebut dengan sebaik-baiknya.
7.      Konseling hendaknya melihat pada masa kini dan membuatnya menjadi orang yang lebih baik dalam jangka panjang pada saat ia telah tertinggal sendiri untuk membuat pilihan bagi dirinya sendiri. Dengan kata lain konseling adalah membimbing anak muda (juga yang lebih tua) untuk memperoleh jalan hidup yang lebih baik dengan berdasar pengalaman masa lalu.
8.      Konselor sekolah membantu siswa membuat pilihan, mendiskusikan hasil yang mungkin dari pembuatan setiap keputusan, dan mengajar untuk menerima tanggung jawab terhadap pilihan yang telah dibuatnya.
9.      Konseling adalah suatu pengembangan emosional kedalam kulit orang lain.
10.  Tujuan konseling adalah pemahaman diri dan pengarahan diri
11.  Konseling bukan percakapan, akan tetapi sebagai suatu komunikasi yang intim, respirasi percakapan, dan sebagai suatu kontak.
12.  Konseling adalah meletakan suatu pasak persegi dalam libang persegi, dan pasak bulat dalam lubang bulat.
13.  Konseling memberi kesempatan pada orang lain untuk menyatakan apa yang ia inginkan, membiarkan ia melegakan hatinya dalam kata-kata yang dapat mengurangi ketegangan emosional.
14.  Konseling membiarkan siswa mengetahui bahwa ia berharga untuk dirinya sendiri, bahwa ia mendapat perhatian dan kepedulian.
15.  Konseling adalah suatu telinga yang bersifat simpatik.
16.  Konseling membiarkan orang lain menceritakan dirinya keluar dan kemudian mengembalikan pada dirinya, eling adalah persahabatan jangka pendek dengan tujuan yang disadari, dan selama itu konselor dan konsele menunjukan pertambahan dalam pertumbuhan intelektual, kematangan emosional dan tilikan spriritual.
17.  Seorang konselor adalah seseorang yang tidak pernah bermimpi memberikan nasihat secara mutlak.
18.  Konseling sering dianalogikan sebagai suatu upaya menghadapi gunung es, sekitar tiga perempat hambatan (masalah) ada pada bagian dalam. Konselor hendaknya menyadari bahwa klien tidak menyadari semua itu.
Dalam konseling, hubungan atau pertalian antara konselor dengan klien memegang peranan penting bagi keberhasilan konseling, hubungan dalam konseling berbeda dengan hubungan dalam situasi lain. Dalam konseling terjadi pertemuan antara konselor dan klien melalui serangkaian wawancara, karakteristik hubungan konseling menurut Shortrom dan bremmer (1960) ditandani dengan :
1.      Hubungan yang bersifat unik dan umum
Artinya hubungan antara konselor dan klien dalam konseling mempunyai ciri khas yang membedakan dengan bentuk hubungan lain keunikanya adalah terletak pada :
a.            Sikap dan perilaku konselor dan klien.
b.           Strukturnya yang terencana dan bersifat terapeutik
c.            Adanya penerimaan terhadap klien secara penuh oleh konselor.
Sedangkan hal yang bersifat umum adalah terletak dalam karakteristik hubungan yang juga terdapat dalam berbagai bentuk situasi hubungan antar manusia seperti kesamaan, keakraban, struktur, interaksi dsb.
2.      Adanya keseimbangan obyektivitas dan subyektivitas
Dalam konseling interaksi antara konselor dengan klien tidak sepenuhnya bersifat objektif, akan tetapi juga tidak sepenuhnya subjektif. Hubungan dalam konseling terdapat keseimbangan antara hal-hal yang bersifat objektif dan yang bersifat subjektif. Sedang objektivitasnya hubungan ditandai dengan segi objektif. Sedang segi subjektivitas hubungan ditandai dengan segi kehangatan dan perpaduan psikologis antara konselor dan klien.
3.      Adanya keseimbangan unsur kognetif dan konatif
Dalam konseling, hubungan antara konselor dan klien terdapat keseimbangan antara aspek kognetif dan konatif dan atau afektif. Aspek kognetif menyangkut proses intelektual seperti pemindahan informasi, pemberian nasehat, atau penafsiran. Sedang aspek konatif atau afektif mengacu pada aspek ekspresi perasaan dan sikap.
4.      Adanya keseimbangan antara kesamar-samaraan dan kejelasan
Dalam hubungan yang bersifat membantu, terdapat keseimbangan antara rangsangan yang bersifat tersamar dan yang jelas. Dalam situasi tertentu konselor memberikan rangsangan yang bersifat tersamar, sedangkan dalam situasi lain konselor rangsangan yang jelas.
5.      Adanya keseimbangan tanggung jawab
Dalam hubungan konseling, tanggung jawab tidsk seluruhnya ada pada konselor tetapi juga tidak seluruhnya ada pada konseli. Yang terujud adalah keseimbangan tanggung jawab keduanya
PENGERTIAN KONSELING
Konseling biasa kita kenal dengan penyuluhan, yang secara awam sebagai pemberian penerangan, informasi atau nasehat pada pihak lain. Tetapi disini bukan pengertian seperti itu yang dimaksud.
Konseling sebagai terjemahan dari “counseling” merupakan dari biombingan, baik sebagai layanan maupun sebagai tehnik “ layanan konseling adalah jantung hati layanan bimbingan secara keseluruhan” dapat dikatakan pula dengan “ konseling merupakan inti alat yang paling penting dalam bimbingan”
Dalam hal ini konseling salah satu cabang ilmu dan praktik memberikan bantuan pada  individu yang pada dasarnya memiliki pengertian yang spesifik sejalan dengan konsep yang dikembangkan dalam lingkup ilmu dan profesinya.
Disiplin ilmu yang mempunyai kedekatan dengan konseling adalah psikologi, bahkan secara kghusuis dapat dikatakan bahwa konseling merupakan aplikasi dari psikologi, terutama dilihat dari segi tujuan, teori yang digunakan dan proses penyelenggaraannya.
Untuk dapat mengerti lebih jauh tentang konseling ada baiknya kita memahami pengertian-pengertian menurut ahli sebagai berikut :
Pietrofesa (1978) mengemukakan bahwa konseling adalah proses yang melibatkan seseorang profesional  berusaha membantu orang lain dalam mencapai pemahaman dirinya (self understanding), membuat keputusan dan pemecahan masalah.
Penyuluhan adalah  hubungan timbal balik antara konselor dengan konsele, dalam memecahkan masalah-masalah tertentu dengan wawancara yang dilakukan secara face to face atau dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan klien, sehingga klien sanggup mengemukakan isi hatinya secara bebas, yang bertujuan agar klien dapat mengenal dirinya sendiri, menerima dirinya dan mengeterapkan diri dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya membuat keputusan, pemilihan dan rancana yang bijaksana serta dapat berkembang dan berperan secara optimal dalam lingkungannya.
Rochman Natawidjaya (1987) mendefenisikan Konseling merupakan satu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua individu, dimana yang seorang (konselor) merusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.
Moh. Surya (1988) Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada konseli supaya ia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Dalam pembentukan konsep yang sewajarnya mengenai dirinya sendiri, orang lain, pendapat orang lain tentang dirinya, tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan kepercayaan
Prayitni (1983) Konseling adalah pertemuan empat mata antara klien dan konselor yang berisi usaha yang laras, unuk dan manusiawi, yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan norma-norma yang berlaku.
Kesimpulan dari uraian pengertian diaatas konseling merupakan suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara konselor dengan klien yang berisi usaha yang laras, unik, manusiawi, yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan norma-norma yang berlaku, agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang.

HAL2 YANG DITEKANKAN DALAM KONSELING
1.      Konseling sebagai proses
Konseling sebagai proses berarti, konseling tidak dapat dilakukan sesaat, proses berarti ada waktu tertentu yang diperlukan dalam hubungan konseling dan dalam penyelesaian yang dialami klien. Dalam beberapa hal konseling tidak hanya dilakukan sekali pertemuan. Untuk membantu klien yang memiliki masalah cukup berat dan komplek, konseling dapat dilakukan beberapa kali pertemuan secara berkelanjutan.
2.      Konseling sebagai hubungan spesifik
Hubungan antara konselor dengan klien merupakan unsur penting dalam konseling. Hubungan yang dibangun konselor selama proses konseling dapat meningkatkan keberhasilan konseling dan dapat pula membuat konseling gagal. Dalam kehidupan sebenarnya “hubungan” satu dengan yang lain itu selalu ada. Ada hubungan guru dengan murid, hubungan dokter dengan pasien, hubungan orang tua dan anakny, dan dalam konseling hubungan konselor dengan beberapa klien. Namun hubungan konseling harus dibangun secara spesifik berbeda dengan pola hubungan sosial biasa, karena konseling membutuhkan hubungan yang diantaranya perlu adanya keterbukaan, pemahaman, penghargaan secara positif tanpa syarat dan empati.
3.      Konseling adalah membantu klien
Hubungan dalam konseling itu bersifat membantu (helping) hubungan membantu beda dengan memberi (giving) atyau mengambil alih pekerjaan orang lain. Membantu tetap memberi kepercayaan kepada klien untuk bertanggung jawab dan menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Hubungan konseling tidak bermaksud mengalihkan pekerjaan klien pada konselor, tetapi memotivasi klien untuk lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri menghadapi masalahnya.
4.      Konseling untuk mencapai tujuan
Konseling diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan penerimaan diri, proses belajar dari perilaku tidak adaptif menjadi adaptifbelajar melakukan pemahaman yang lebih luas tentang dirinya yang tidak hanya membuat know about tetapi juga belajar how to sejalan dengan kualitas dan kapasitasnya. Tujuan akhir konseling pada dasarnya sejalan dengan tujuan hidupnya( aktualisasi didinya)
PERKEMBANGAN KONSELING DI INDONESIA
Perkembangan Konseling di Indonesia relatif baru, mula-mula lahirnya Konseling dikembangkan disekolah-sekolah, utamanya di sekolah menengah. Karena kemajuan masyarakat Indonesia yang akhir-akhir ini mulai baik, akhirnya Konseling juga diterapkan di pusat-pusat rehabilitasi social dan lembaga-lembaga social dan industri.
Pekerjaan di bidang Konseling ini di Indonesia mulai menunjukkan perkembangannya, walaupun tidak dapat dibandingkan dengan negara2 maju. Dan karena masih baru, pekerjaan ini masih belum banyak dirasakan kebutuhannya atau tidak menjadi prioritas dalam menghadapi persoalan kehidupan social, walaupun sebenarnya banyak orang yang memerlukan  layanan konseling.
Di negara2 maju, layanan konseling sudah mulai meluas, selain telah menjadi bagian dalam penyelenggraraan sistem pendidikan (sekolah). Konseling juga dilembagakan di berbagai Instansi, seperti perusahaan, instansi social, rumah sakit dan lembaga koreksional. Jika apa yang terjadi di Amerika itu merupakan gambaran kebutuhan layanan konseling di Indonesia yang akan dating, maka nantinya layanan ini akan menjadi bagian yang cukup penting bagi upaya peningkatan kesehatan masyarakat Indonesia yang akan dating.
Saat ini kemajuan dan kebutuhan akan layanan konseling telah ditopang dengan banyaknya lembaga2 pendidikan yang mendidik tenaga2 konselor professional. Dalam waktu yang relatife singkat dimungkinkan kesadaran masyarakat terhadap perlunya  layanan konseling akan meningkat.
Seiring dengan kemajuan dalam pelayanan terhadap kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat di berbagai institusi, kini konseling telah dicoba dikembangkan secara luas, baik melalui dunia pendidikan, riset, maupun praktek dilapangan. Konseling kini mulai berkembang dimasyarakat selain konseling pendidikan yang telah meluas diterapkan dilembaga2 pendidikan, juga berklembang konseling jabatan (di industri), konseling untuk reproduksi, konseling bidang kesehatan, konseling keluarga untuk kesiapan purna tugas dan sebagainya. Dengan demikian konseling ini menjadi usaha pemecahan masalah yang mulai dirasakan manfaatnya dan perkembangannya menunjukan tanggapan positif dari masyarakat.

ASUMSI DASAR KONSELING


  1. Dalam koseling klien tidak dianggap sebagai seorang yang sakit mental, tetapi dipandang memiliki kemampuan untuk memilih tujuan, membuat keputusan dan secara umum menerima tanggung jawab dari tingkah lakunya dan perkembangannya dikemudian hari
  2. Konseling berpokus pada saat ini dan masa depan, tidak berpokus pada pengalaman masa lalu.
  3. Klien adalah klien, bukan pasien. Konselor bukan pigur yang memiliki otoritas tetapi secara esensial sebagai guru dasn fatner klien sebagaimana mereka bergerak secara mutual adalam mendefenisikan tujuan.
  4. Konselor secara moral tidak netral, tetapi memiliki nilai perasaan yang standar untuk dirinya. Konselor tidak seharusnya menjauhkan nilai, perasaan dan standar itu dari klien, dia tidak mencoba menyembunyikan pada klien
  5. Konselor mempokuskan pada perubahan tingkah laku dan bukan membuat klien menjadi sadar.
TUJUAN KONSELING


Berangkat dari pandangan rogers tentang kepribadian, ia menaruh perhatian pada keadaan psikologis yang sehat, yang dapat menyesuaikan secara psikologis yang sehat, dari pandangan itu dapat dikemukakan bahwa keadaan yang kongkruensi pada seseorang merupakan titik perhatiaan dalam pendekatan konseling berpusat pada person ini. Artinya bahwa proses konseling diharapkan dapat membantu  klien dalam menemukan konsep dirinya sesuai dengan medan fenomenalnya, dia tidak lagi menolak atau mendistorsi pengalaman-pengalamanya sebagai mana adanya
Secara ideal tujuan konseling berpusat pada person tidak terbatas oleh tercapainya oleh pribadi yang kongruensi saja. Bagi rogers tujuan konseling pada dasarnya sama dengan tujuan kehidupan ini, yaitu yang disebut dengan fully functioning person, yaitu pribadi yang berfungsi sepenuhnya. Roger beranggapan bahwa fully functioning person kurang lebih memiliki kesamaan dengan self actualization, meski memiliki sedikit perbedaan. Fully functioning person merupakan hasil dari proses dan karena itu lebih bersifat becoming, sedangkan aktualisasi ditri sebagaimana yang dikemukakan maaslow lebih merupakan keadaan akhir dari kematangan mental dan emosional, karena itu merupakan self-being.
Sahakian (1976) merinci Fully functioning person secara mendetail sebagai berikut :
1.      Dia akan terbuka terhadap pengalamanya dan keluar untuk kebiasaan defensif.
2.      Karena itu seluruh pengalamanya akan dapat disadari sebagai sebuah kenyataan.
3.      Seluruh yang disimbolisasi atau yang dinyatakan secara verbal  maupun dalam tindakan adalah akurat yang sebenarnya sebagai mana pengalaman itu terjadi.
4.      Struktur selfnya akan konruensi dengan pengalamannya.
5.      Struktur selfnya akan mampu berubah secara flekssibel sejalan dengan pengalaman baru.
6.      Pengalaman selpnya akan dijadikan sebagai pusat evaluasi.
7.      Dia akan memiliki pengalaman self-regard.
8.      Dia akan berperilaku secara kreatif untuk beradaptasi terhadap pristiwa-pristiwa yang baru.
9.      Dia akan menemukan nilai organismenya terpercaya mangarah pada perilaku yang sangat memuaskan, karena :
    1. Seluruh pengalaman akan dapat disadari.
    2. Tidak ada pengalaman yang didistorsi atau ditolak dan
    3. Akibat perilakunya juga akan disadari.
10.     Dia akan dapat hidup dengan orang lain dalam keadaan sangat memungkinkan untuk harmonis, sebab dia tetap menghargai secara positif karakter timbal-balik.
Secara singkat tujuan konseling ini mencakup, terbuka terhadap pengalaman, adanya kepercayaan terhadap organismenya sendiri, kehidupan eksestensial yaitu sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan, perasaan bebas dan kreatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar