Halaman

Kamis, 06 Juni 2013

Permasalahan dan Isue Yang Berkembang Seputar Dunia Pendidikan Serta Analisis Kritis dan Analisis Solusi



1.      Penelaahan meteri landasan kependidikan selalu diawali dengan pengkajian terhadap hakekat manusia. Analisis secara mendasar dan komprehenshif, mengapa pengkajian hakekat manusia menjadi “menu wajib” dalam menelaah teori, konsep, dan landasan kependidikan.

Manusia
Manusia adalah mahluk luar biasa, dibawah kekuasaan TUHAN YANG MAHA ESA, dengan kekuatan dan keterbatasanya, manusia mampu berbuat apa saja atas alamnya, baik lingkungan sekitarnya maupun pada alam dibawahnya bahkan menjangkau perut bumi dan ruang angkasa.
Manusia dapat berbuat segala sesuatu atas dirinya sendiri karena potensi ini telah diberikan dan dimiliki secara mendasar dari awal penciptaanya oleh SANG MAHA PENCIPTA.
Dalam kondisi keberadaan manusia yang dilandasai oleh keluhuran dan bertujuan kepada TUHANNYA, manusia berkembang dan mengembangkan keberadaanya. Namun ada kecendrungan-kecendrungan manusia berbuat kerusakan kerusakan dimuka bumi mereka adalah manusia manusia yang merugi, sedang ada pula golongan manusia yang berbuat kebaikan dimuka bumi maka mereka mendapat gelar halifah dimuka bumi oleh TUHAN SANG MAHA PENCIPTA.
Pandangan Tentang Manusia
Bukankah manusia mampu dengan kekuatanya sendiri untuk memenuhi kebutuhanya, dan mengembangkan dirinya dari, untuk dan oleh manusia itu sendiri. Kenyataan ini manusia dengan segenap perkembangan budayanya adalah dari manusia, untuk manusia dan oleh manusia, semua yang ada didunia ini adalah untuk manusia lebih dari itu bumi, matahari, bulan bintang, planet dan satelit bahkan alam semesta ini untuk manusia, karena tak ada mahluk lain selain manusia yang mampu mengolah dan menggunakannya untuk keperluan kemanusian seluas luasnya, sedang perkembangan, kemajuan dan budaya manusia ini terjadi oleh manusia, manusia tidak pernah dilahirkan oleh yang bukan manusia.
Manusia adalah jahat, oleh karenanya untuk mengembangkanya perlu latihan dan disiplin yang keras, terutama disiplin kepada tubuhnya (Hsun Tsu)
Manusia merupakan kesatuan jiwa dan badan, yang dimotivasi oleh prinsip kebahagiaan, semua itu diwarnai oleh dosa warisan dari pendahulunya(agustinus)
Manusia terdiri dari unsur dualistik, jiwa dan badan. Jiwa bersifat abstrak, abadi dan tidak dapat mati badan bersifat benda dapat sirna, dan menjadi sasaran ilmu fisika (Descartes)
Manusia tidak memegang nasibnya sendiri. Tingkah laku manusia dtujukan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan insting instingnya dan dikendalikan oleh pengalaman masa lampau dan ditentukan oleh faktor interpersonal dan intrapsikis (Freud). Dan masih banyak lagi telaah telaah tentang siapa itu manusia.
Keberadaan kehidupan manusia didunia manusia biasa dipandang dan dipahami hanya sebatas konteks keduniaan, tapi pada kenyataannya bahwa manusia bukanlah hanya sekedar keduniawian tetapi juga menyangkut tentang sisi akhirat.
pandangan menyeluruh seharusnya merupakan hasil kajian dan telaah tentang manusia yang tidak hanya terbatas dalam kaitanya dengan dirinya dan lingkungannya tetapi manjangkau pada hakikat manusia secara menyeluruh dan utuh dimana manusia mempunyai harkat martabat manusia hal inilah yang membedakan manusia dengan mahluk lainya yang dicipta olah SANG MAHA PENCIPTA. dengan kata lainya bahwa manusia adalah objek dalam pendidikan, manusialah yang mendapatkan pendidikan dan manusialah yang memberikan pendidikan.
Manusia dan Pendidikan
Upaya pendidikan dahulu adalah diartikan sebagai upaya memanusiakan manusia, ada juga yang mengistilahkan manusia anima educandum yang dapat diartikan  manusia adlah binatang yang dapat di didik dan dapat dididik sesamanya padahal sejak awal dilahirkan manusia itu adalah manusia dan bukan bahkan tidak pernah dikatakan bukan manusia. Posisi manusia sebenarnya adalah yang paling tinggi dibawah kekuasaan TUHAN YANG MAHA ESA sedang pendidikan adalah upaya memuliakan manusia itu sendiri. (Prayitno. 2009).
Made Pidarta. 2009 semua orang dikenai pendidikan da melaksanakan pendidikan, sebab pendidikan tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. anak menerima pendidikan dari orang tua, ketika dewasa berumah tangga dan berketurunan mereka juga akan mendidika anak anaknya. begitu pula di sekolah dan perguruan tinggi siswa dan mahasiswa didik oleh guru dan dosen. dan sekali lagi bahwa bagaimanapun juga pendidikan adalah khas untuk manusia milik manusia tidak ada mahluk lain yang membutuhkanya selain manusia sepadan dengan apa yang telah diuraikan diatas
            Wallahu a`lam

2.      Ada beberapa persfektif rumusan hakikat manusia dan rumusan hakikat pendidikan. Kedua rumusan tersebut mempunyai hubungan yang konsisten. Buktikan sekurang kurangnya dengan dua contoh uraian singkat bahwa ada hubungan yang konsisten antara hakikat manusia dan hakikat pendidikan.

Hubungan Hakikat Manusia dan Hakikat Pendidikan
a.       Sasaran pendidikan adalah manusia, pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan kemampuan kemampuan kemanusiaanya, kemampuan kemanusiaan merupakan benih yang kemungkinanya untuk menjadi manusia. Ibarat biji durian bagaimanapun bentuknya jika ditanam dengan baik, akan menjadi pohon durian dan tidak mungkin menjadi pohon yang lain.
Tugas mendidikan hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat tujuan, jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya. Manusia secara prinsip memiliki perbedaan dengan hewan yang ciri khas manusia adalah terbentuk dari kumpulan yang terpadu dari yang disebut sifat hakikat manusia secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.
Hakikat pendidikan adalah merupakan proses pemberian pemahaman tenatang hakikat manusia yang akan mengajarkan dan membentuk karakteristik manusia, hal ini menjadi landasan dan acuan untuk bersikap, menyusun strategi, metode melaksanakan komunikasi dalam interaksi edukatif.
b.      Wahana tentang pendidikan setiap kali secara kental menyangkut dua figur manusia dalam satu situasi, dimana keduanya merupakan hubungan sosial yang menapilkan peran keduanya, satu sisi disebut peserta didik dan pihak yang lainya disebut pendidikan. Dalam kaitan ini peserta didik tidak berarti manusia yang lebih muda, atau dalam status yang lebih rendah melainkan mereka adalah manusia sembarang usia, sedang status yang menghendaki memperoleh sesuatu dari hubungan itu disebut pendidikak dan tidak harus berarti lebih tua, lebih pintar, berpangkat atau berkuasa melainkan seseorang yang dengan sadar diharapkan  dapat memenuhi apa yang ingin didapatkan oleh peserta didik dalam suasana hubungan yang mereka lakukan itu.
Dari dua ilustrasi tersebut kiranya mewakili tentang hubungan hakikat manusia dan hakikat pendidikan dimana yang pada prinsipnya hakikinya manusia sangat membutuhkan atau sangat berkebutuhan dengan pendidikan karena dengan pendidikan manusia akan memiliki:
-          Kemampuan menyadari dirinya
-          Kemampuan bereksistensi
-          Pemilikan kata hati
-          Moral etika
-          Kemampuan bertanggung jawab
-          Rasa kemerdekaan
-          Kesediannya melaksanakan kewajiban dan menyadari hak dan
-          Kemampuan menghayati kebahagiaan
Wallahua `lam.
3.      Paparkan dalam bentuk esay/narasi (bukan matrik): analisis teoritis, analisis kritis, analisis solusi tentang persoalan pendidikan dari tema kajian sebagai berikut.
a.       Landasan Filosofis Pendidikan
1)      Analisis Teoritis
Keberadaan filsafat beranjak dari dari keberadaan manusia, namun tidak diakui secara formal karena tidak digali, dihimpun dan disistematiskan menjadi suatu hasil pemikiran. Manusia ada dimuka bumi ini dan hidup bermasyarakat mereka sudah mempunyai tujuan dalam hidupnya, baik individu maupun secara berkelompok, walaupun masih sangat sederhana gambaran dan cita cita makin lama makin berkembang sesuai dengan perkembangan kebudayaan mereka.
Para tokoh filsafat banyak mengartikan istilah filsafat namun dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai keakar akarnya, sesuatu bisa berarti seluas luasnya disebut filsafat umum dan bisa juga terbatas diantaranya filsafat ilmu, filsafat pendidikan, seni dan sebagainya
menyikapi Landasan filosofis pendidikan menurut Ateng sutisna, 1990 mencakup 1.) Apakah pendidikan itu ? 2.) Apa yang hendak dicapai ? dan #.) Bagaimana cara merealisasikan tujuan tujuana itu ?. sementara di Indonesia Landasan Filosofis Pendidikan harus sesuai dengan landasan dan pedoman yang ada di Indonesia yang bagaimana pun juga harus berkesesuaian dengan falsafah negara yaitu pancasila yang didalam nya mengandung lima ajaran:
a)      Ketuhanan Yang Maha Esa
b)      Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab.
c)      Persatuan Indonesia.
d)     Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
e)      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

2)      Analisis Kritis
pada kenyataan nya pendidikan di Indonesia dari hasil ujian nasional, untuk pencapaian kelulusan hanya berkisar pada kajian kognetif(pengetahuan keilmuanya saja) sedang kajian tentang wawasan keagamaan sudah ditinggalkan hanya pada ujian sekolah,…. sedang manusia indonesia selain memerlukan kecerdasan yang cemerlang mereka juga mesti di uji tentang keagamaanya, etika moralnya. berkenaan dengan hal ini pula mata pelajaran agama disekolah hanya kurang lebih 2 jam dalam 1 minggu, hal ini juga menjadikan kurangnya pengenalan terhadap akidah dan akhlaq karimah. hal ini juga ada kemungkinan akibat pendidikan kita sekarang ini akan menimbulkan generasi generasi nantinya akan merusak dimuka bumi.
3)      Analisis Solusi
mengamati dari kenyataan tersebut semestinya kita mendukung secara utuh tentang pendidikan karakter yang telah menjadi isue sentral dimana tiap tiap mata pelajaran menyusupkan tentang pendidikan karakter didalamnya, harapanya untuk menumbuhkan kepribadian yang kokoh, utuh dan bertanggung jawab,
dengan kenyataan ini saya berdoa dan berharap pendidikan karakter cerdas pada tiap jenjang pendidikan berhasil mengemban misinya untuk mencetak dan menghasilkan generasi generasi yang teguh dalam mengemban amanahnya sebagai halifah dimuka bumi.
     
b.      Landasan Psikologis Pendidikan
1)      Analisis Teori
Pada lingkungan pendidikan sekolah dasar sampai pada perguruan tinggi yang menjadi sasaran pendidikan adalah peserta didik (siswa dan mahasiswa), peserta didik adalah merupakan pribadi pribadi yang sedang berada proses berkembang kearah kematangan yang masing masing memiliki karakteristik pribadi yang unik  secara individual menyangkut emosi, kecerdasan, sosiabilitas, sikap, kebiasaan dan tingkah lakunya(Syamsu Yusuf dkk.2008)
kejiwaan manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmaninya dengan melalui tahap tahap tertentu yang akhirnya anak mencapai kedewasaan dari segi jiwa maupun jasmani (made Pidarta, 2009).
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia, jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani yang dapat mempengaruhi alam sekitar. Dalam perkembangan jiwa dan jasmani inilah seyogyanya anak anak harus belajar karena pada masa inilah adalah masa peka untuk belajar dan punya waktu yang bayak untuk belajar. pendidikan sebagai proses belajar menurut kacamata psikologis adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengomunikasikannya kepada orang lain. (made Pidarta, 2009).
Dalam hal ini landasan psikologis pendidikan merupakan suatu landasan pendidikan yang membahas tentang tahap tahap kehidupan manusia pada umumnya.
Dalam rangka kesuksesan dalam mendidik kiranya pendidik harus mendalami tentang tahapan perkembangan peserta didik untuk kemudahan memahami tingkah laku peserta didik.
2)      Analisis Kritis
saya pernah berdiskusi dengan teman sesama guru dengan jenjang yang berbeda diskusi kami tentang pengelolaan pengajaran di sekolah “ceritanya… dia masuk dikelas (kelas 11 salah satu SMK swasta) mata pelajaran ips seperti biasa sebelum memulai dia mengulang dan bertanya tentang pelajaran yang lalu,…. tiba tiba ada siswa yang langsung angkat tangan dan menceletuk pak bapak enak hanya satu pelajaran yang bapak berikan tapi kami sekian mata pelajaran yang kami terima bagaimana kami pak…. guru itu diam sambil menganalisis ya benar katanya.
Pada taman kanak kanak yang semestinya pada masa itu hanya untuk belajar dan bermain tetapi pada kenyataan nya pelajaran mereka adalah sudah masuk pada taraf taraf penguasaan semisal anak sudah harus bisa membaca karena hal ini adalah tuntutan dari sekolah lanjutan yang akan dimasukinya bahkan juga merupakan tuntutan dari orang tua.
Pada sekolah dasar ada beberapa sekolah yang siswanya pulang pada sore hari secara psikologis kapan lagi siswa bermain, pulangnya dibebani dengan tugas tugas sekolah lagi.
sepertinya kurikulum yang ada tidak mendukung pada perkembangan psikologis anak dan kiranya perlu pengkajian lebih dalam.
3)      Analisis Solusi
kiranya semua pendekatan mesti harus disesuaikan dengan keadaan kejiwaan peserta didik, siswa kelas satu disajikan pelajaran kelas satu dan seterusnya. yang nantinya akan menuju kepada kematangan kejiwaan secara bertahap pula.
c.       Landasan Sosiologis Pendidikan
1)      Analisis Teoritis
Beberapa pengertian sosiologis yang di inventarisasikan oleh Soejono Soekanto (2007:12):
a)      Menurut Pitirim Sorokin, sosiologi  adalah ilmu yang mempelajari (1) hubungan dan pengaruh timbal balik antara bergam gejala sosial (2) hubungan dan pengaruh timbal balik antara sejala sosial dengan non sosial (3) ciri ciri umum semua jenis gejala sosial
b)      Menurut Roucek dan warren sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam kelompok kelompok
c)      William F Ogburn dan mayer sosiologi adala penelitian secara ilmiah terhadap interaksi dan hasilnya yaitu organisasi sosial
d)     Selo Soemarjan dan Soelaeman adalah ilmu yang mempelajari struktur dan proses proses sosial termasuk perubahan perubahan sosial
H. Mahmud (2012:17) menyebutkan ruang lingkup sosiologi pendidikan ada empat garapan antaranya: a) Hubungan sistem pendidikan dengan asfek asfek lain masyarakat b) Hubungan manusia di lembaga pendidikan c) Pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak di lembaga pendidikan dan d) Lembaga pendidikan dalam masyarakat.
Sosiologi pendidikan menggambarkan dengan jelas siapa dan bagaimana peserta pendidikan, setelah peserta pendidikan sudah tergambar dengan jelas, para pelaksana dan pengambil kebijakan pendidikan mencari pola yang paling sesuai untuk penyelenggraan pendidikan.
2)      Analisis Kritis
Bersinggungan dengan landasan sosiologis pendidikan dimana didalam dunia pendidikan sekarang sudah memudarkan corak dan makna sosialnya karena kadang peserta didik berkelompok kelompok dengan membedakan asal keahlianya. pengelola sekolah yang tidak berbaur dengan masyarakat dilingkungan sekitarnya. Adanya orang tua yang mendatangkan pendidik kerumah. masuknya budaya budaya luar seperti hal ini mengaburkan makna sosial dalam dunia pendidikan.
3)      Analisis Solusi
bukankah hal ini merupakan fenomena yang tidak hanya ditangani oleh pemerintah saja tetapi ini harus ditangani secara menyeluruh masyarakat, pemerintah dan orang tua, yang terpenting bagi pengelola pendidikan adalah untuk memberikan filter agar peserta didik mampu dan bisa menumbuhkan kemampuan asertif terhadap budaya budaya luar.
d.      Landasan Historis Pendidikan
1)      Analisis Teori
Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang dapat didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah mencakup segala kejadian dalam alam ini, temasuk hal-hal yang dikembangkan oleh budi daya manusia (Made Pidarta, 2009;109) Informasi-informasi yag diperoleh dari kejadian masa lampau dapat dijadikan bahan belajar oleh generasi muda saat ini, sehingga hasil belajar dari sejarah tersebut dapat dimemanfaatkan untuk mengembangkan kemampuan diri mereka karena sejarah telah memberi penerangan, contoh, dan teladan bagi mereka dan semuanya ini diharapkan akan dapat meningkatkan peradaban manusia itu sendiri di masa kini dan masa yang akan datang. Jadi, landasan historis dalam pendidikan adalah asumsi-asumsi pendidikan yang bersumber dari konsep dan praktek pendidikan masa lampau (sejarah) yang dijadikan titik tolak perkembangan pendidikan masa kini dan masa yang akan datang (Saripuddin, 2007;4).
2)      Analisis Kritis
Permasalahan yang dialami oleh bangsa ini sekarang adalah bahwa nilai-nilai dari peristiwa-peristiwa historis yang pernah terjadi pada bangsa ini sudah mulai dilupakan, baik dalam bentuk internalisasi nilai-nilai tersebut maupun hanya dalam bentuk mengingat/ menghapalkannya. Bahkan ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai organisasi tertinggipun tidak dapat menghafalkan teks Pancasila dengan benar, tercatat dua kali ketua MPR melakukan kesalahan pengucapan terhadap teks pancasila tersebut, yakni pada saat pelantikannya sebagai ketua MPR dan pada  saat memimpin peringatan hari kesaktian pancasila. Hal tersebut jelas merupakan sebuah ironi, terlebih dilakukan oleh pemimpin dari organisasi tertinggi di Republik ini.
3)      Analisis Solusi
Menanamkan pendidikan karakter salah satunya dapat dilaksanakan melalui pengaktifan kembali penataran-penataran yang dapat menumbuhkan karakter pancasila didalam setiap diri bangsa seperti Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang pernah dilakukan pada masa pemerintahan presiden soeharto. Namun penataran tersebut haruslah dikemas sedemikian rupa sehingga peserta setelah keluar dari penataran itu dapat mengimplementasikan pemahaman yang sudah diterimanya kedalam bentuk perilaku sehari-hari, bukan hanya sebatas pemahaman kognitif saja
e.       Landasan Yuridis Pendidikan
1)      Analisis Teori
Kata Yuridis atau Hukum berarti aturan baku yang sudah disepakati untuk ditaati dan mengandung konsekuensi jika dilanggar, yakni mendapatkan sanksi sesuai dengan yang telah disepakati pula. Kebutuhan akan adanya hukum di suatu masyarakat adalah untuk menciptakan Manfaat, Kepastian dan Keadilan yang kemudian dikenal sebagai asas dalam ilmu hukum.
Made Pidarta (2009;43) menjelaskan landasan hukum sebagai peraturan baku sebagai tempat berpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut, dalam hal ini kegiatan tersebut adalah kegiatan pendidikan. Pendidikan membutuhkan hukum sebagai landasannya, agar dalam penyelenggaraannya, pendidikan mempunyai dasar yang diakui oleh negara dan seluruh masyarakat didalam negara tersebut untuk sehingga kemudian pendidikan baik dalam proses maupun hasilnya memberikan Manfaat, Kepastian dan Keadilan sesuai dengan asas hukum itu sendiri.

2)      Analisis Kritis
Memberikan kepastian adalah salah satu asas hukum dan juga salah satu tujuan mengapa hukum dijadikan sebagai landasan dalam pendidikan, yakni untuk memastikan bahwa kebijakan apa yang telah ditetapkan mengenai pendidikan benar-benar dilaksanakan oleh penyelenggara pendidikan, dalam hal ini adalah pemerintah. permasalahan yang paling mendasar dan paling sering timbul mengenai landasan hukum justru pada pelaksanaan peraturan yang telah ditetapkan.
Salah satunya adalah mengenai masalah pembiayaan pendidikan. Pasal 31 ayat 4 UUD 1945 (hasil amandemen, perubahan keempat) menyatakan bahwa “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.”


3)      Analisis Solusi
Walaupun Dewan Perwakilan Rakyat telah memutuskan angka 20% sebagai anggaran pendidikan dalam APBD (dengan APBD) akan tetapi sampai saat ini penggunaan dana untuk pendidikan belumlah sampai pada angka 20% tersebut, karena angka 20% tersebut hanyalah kesepakatan politik para politikus yang berkenaan dengan isu kebijakan pendidikan nasional (Riant Nugroho, 2008).
Untuk mentaktisi hal diatas, maka yang perlu dilakukan adalah adanya sebuah konsep manajemen keuangan terhadap anggaran pendidikan yang ada terkait prinsip keefektifan dan efesiensi anggaran yang ada. Untuk itu baik pemerintah pusat, pemerintah daerah sampai pada pihak sekolah sebagai ujung dari pengelola anggaran pendidikan harus mempunya daftar skala prioritas kebutuhan dalam melaksanakan proses pendidikan.
Dengan cara yang demikian, maka dana anggaran yang ada dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin sehingga akan meminimalisir munculya praktek-praktek pemungutan biaya terhadap peserta didik.

f.       Landasan Ekonomis Pendidikan
1)      Analisis Teori
Dalam pendidikan, faktor ekonomi bukanlah penentu utama dalam pencapaian tujuan pendidikan, akan tetapi factor ekonomi juga memegang peranan yang cukup signifikan dalam menetukan keberhasilan pendidikan.
Ekonomi sebagai landasan dalam pendidikan adalah bahwa dalam prosesnya, pendidikan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi untuk mencapai tujuan dari pendidikan tersebut. Dan salah satu isi dalam penggunaan ekonomi sebagai landasan pendidikan terkait dengan konsep pembiayaan pendidikan. Akar dari persoalan diatas adalah masalah pembiayaan pendidikan. Menurut Nanang Fattah (dalam Mulyono, 2010) pembiayaan pendidikan merupakan jumlah uang yang dihasilkan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang mencakup gaji guru, peningkatan professional guru, pengadaan sarana ruang belajar, perbaikan ruang, pengadaan peralatan/ mobil, pengadaan alat-alat dan buku pelajaran, alat tulis kantor, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan dan supervisi pendidikan.

2)      Analisis Kritis
Salah satu konsep pembiayaan pendidikan yang diterapkan di Indonesia adalah melalui Dana Bantuan Operasional Siswa atau lebih dikenal dengan nama Dana Program BOS. Dana Program BOS adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar (Buku Panduan BOS).
Program BOS bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa yang tidak mampu dan meringankan bagi siswa lain, sehingga dengan adanya program BOS diharapkan siswa dapat memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam usaha penuntasan wajib belajar sembilan tahun, jadi sasaran program BOS adalah semua sekolah baik negeri maupun swasta diseluruh provinsi di Indonesia


3)      Analisis Solusi
Penerapan program BOS oleh pemerintah sebagai bantuan dalam penyelenggaraan pendidikan adalah langkah yang tepat sebagai salah satu bentuk pembiayaan Negara terhadap pendidikan.
Salah satu resiko dari pengadaan program BOS adalah kemungkinan peyelewengan dana tersebut oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Pemerintah daerah dan masyarakat harus secara proaktif dalam mengawal pelaksanaannya program BOS sehingga bisa sampai kepada siswa sebagai tujuan penyelenggaraan program dana Program BOS.
Pemerintah daerah bersama otoritas yang ada padanya dapat menyusun peraturan daerah mengenai program BOS mengenai detail penyaluran dana Program BOS tersebut sehingga sekolah bisa tahu dengan pasti mana saja keperluan yang boleh dibiayai dengan menggunakan dana Program BOS dan mana keperluan yang tidak boleh
Memang sudah ada petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan (JUKLAK dan JUKNIS) yang dibuat oleh pemerintah pusat akan tetapi petunjuk tersebut masihlah bersifat umum. Olehnya itu ada baiknya memang ada sebuah regulasi yang dibuat oleh daerah dalam mengatur penggunaan dana Program BOS secara lebih rinci termasuk yang mengatur sanksi terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan yang dilakukan pihak sekolah, baik itu berupa sanksi administrative, pemberhentian penyaluran atau bahkaan jika pelanggaran sudah masuk ke wilayah hukum harus ditangani secara hukum pula.
Mulyono (2010;220) menjelaskan ada 3 jenis sanksi yang bisa diberikan kepada pihak-pihak yang melakukan penyelewengan terhadap penggunaan dana Program Bantuan Operasional Sekolah, yakni: 1)      Penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku (pemberhentian, penurunan pangkat dan mutasi kerja) 2)      Penerapan tuntutan kebendaharaan dang anti rugi, yaitu pengembalian dana Program BOS yag terbukti disalahgunakan kepada satuan pendidikan atau ke kas Negara  3)      Penerapan proses hukum, yaitu mulai proses penyelididikan, penyidikan, dan proses peradilan bagi pihak yang diduga atau terbukti melakukan penyimpangan dana Program BOS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar